Port Royal adalah sebuah kota yang terletak di ujung sebuah spit (bentuk lahan yang terbuat oleh endapan pasir dari gerakan pasang surut) sepanjang 18 mil yang dikenal sebagai Palisadoes, di mulut Kingston Harbour, di tenggara Jamaika. Didirikan pada tahun 1518, dengan cepat tumbuh menjadi pusat perdagangan paling penting di Laut Karibia karena posisinya yang strategis di jalur perdagangan antara ‘Dunia Baru’ dan Spanyol.
Seperti yang dikutip dari versesofuniverse.blogspot.com, Ketika Inggris resmi mengangkat privateers untuk menyerang kapal musuh di Karibia, sebagai bagian dari strategi pertahanan, bajak laut dari seluruh dunia berkumpul di Port Royal untuk melegitimasi perdagangan mereka. Segera Port Royal menjadi terkenal untuk kegiatan bajak laut, perjudian, prostitusi, dan minuman keras yang akhirnya dicap sebagai “kota paling keji di bumi”.
Kejayaan Port Royal tidak berlangsung lama. Pada puncak kejayaannya, sebuah gempa bumi besar mengguncang Jamaika pada tanggal 7 Juni 1692. Air laut menelan kota dan menewaskan lebih dari 2.000 orang dan melukai 3.000 lainnya. Para tokoh agama menggambarkan kehancuran Port Royal sebagai hukuman Tuhan atas dosa-dosa mereka.
Ilustrasi CGI yang memberikan kemungkinan gambaran Port Royal di masalalu
Orang-orang Eropa pertama yang mendarat di Jamaika adalah orang-orang Spanyol di bawah pimpinan Christopher Columbus di tahun 1494. Spanyol mempertahankan kontrol atas pulau selama 146 tahun, sampai invasi Inggris di tahun 1655. Sebagai solusi untuk masalah pertahanan mereka, maka Gubernur Inggris mengundang para bajak laut ke Port Royal memberi mereka surat resmi “surat marque” untuk pergi menyerang kapal-kapal dan koloni-koloni Spanyol. Strategi ini terbukti sangat sukses dan membuat Spanyol banyak kehilangan kapal-kapal mereka. Karena kapal-kapal suplai sering dijarah, Spanyol suah payah memberikan koloninya barang-barang manufaktur secara teratur.
Port Royal berkembang dengan pesat. Antara 1655 dan 1692, tumbuh lebih cepat daripada kota-kota yang didirikan oleh Inggris di ‘Dunia Baru’. Pada puncaknya pada tahun 1692, kota ini memiliki populasi 6.500 dan 2.000 bangunan memadati 51 hektar lahan. Penduduknya bebas berfoya-foya membuang uang mereka dalam perjudian, pelacuran dan minuman keras, sehingga kota mendapat reputasi sebagai sarang kejahatan dan kebejatan.
Ilustrasi CGI yang memberikan kemungkinan gambaran Port Royal di masalalu
Ketika Charles Leslie menulis tentang Port Royal di tahun 1660-an, ia mendeskripsikan :
“Anggur dan perempuan menguras kekayaan mereka sedemikian rupa sehingga … beberapa dari mereka menjadi menjadi pengemis. Mereka biasa menghabiskan 2000 atau 3.000 piece of eight (dolar spanyol-amerika) dalam satu malam; dan mereka dengan mudah memberi pelacur 500 untuk melihatnya telanjang. Mereka juga biasa membeli anggur satu drum, menempatkannya di jalan, dan mewajibkan setiap orang yang lewat untuk meminumnya.”Kejayaan Port Royal tiba-tiba berakhir pada 7 Juni 1692 ketika sebuah gempa besar mengguncang kota tersebut, dan segera setelah gempa, gelombang tsunami menghantam kota. Banyak orang yang setengah terkubur akibat gempa, tenggelam oleh gelombang pasang ini. Dalam beberapa menit dua pertiga kota tenggelam ke laut dan lebih dari dua ribu orang meninggal. Lebih buruk lagi, pemakaman yang terletak di luar kota pada Palisadoes menjadi terbuka oleh gempa dan sebagian besar mayat dan kerangka juga meluncur ke laut.
Setelah bencana itu perlahan kota dibangun kembali, namun tak pernah sejaya sebelumnya. Pada tahun 1735 sebuah pangkalan angkatan laut Inggris didirikan sekali lagi di Port Royal dalam perjuangannya melawan Prancis. Hari ini Port Royal adalah sebuah desa nelayan kecil. Namun, bagian dari kota yang tergeletak di dasar laut (sedalam 12 meter) dianggap sebagai situs arkeologi bawah laut yang paling penting di belahan bumi barat, menghasilkan banyak artefak-artefak dari abad ke-16 hingga ke-17.
Reruntuhan Port Royal di dasar laut
Sejak tahun 1950-an para penyelam telah menjelajahi dan mengkatalogisasi kota terendam. Akses khusus dari pemerintah diperlukan untuk menyelam di daerah reruntuhan Port Royal, tetapi banyak item yang telah diangkat dari dasar laut kini dapat dilihat di Museum Sejarah dan Etnografi di Institute of Jamaica di Kingston.