Sudah lebih dari 60 juta tahun lamanya, sejak Sir Edmund Hillary dan
Tenzing Norgay membuat sejarah menaklukkan gunung tertinggi di dunia
ini, keinginan untuk menaklukan gunung semakin berkembang pesat. Para
pendaki dari seluruh dunia menjadikan gunung ini sebagai target mereka
untuk dinaklukkannya.
Gunung ini mendapatkan
nama bahasa Inggris-nya dari nama Sir George Everest. Nama ini diberikan
oleh Sir Andrew Waugh, surveyor-general India berkebangsaan Inggris,
penerus Everest. Puncak Everest merupakan salah satu dari tujuh puncak
tertinggi di dunia. Gunung Everest adalah gunung yang puncaknya mencapai
jarak paling jauh dari paras laut.
Dua gunung lain yang
kadangkala juga disebut sebagai gunung tertinggi di dunia adalah Mauna
Loa di Hawaii, yang tertinggi jika diukur dari dasarnya pada dasar
tengah laut, tetapi hanya mencapai ketinggian 4.170 m dari dan Gunung
Chimborazo di Ekuador, yang puncaknya 2.150 m lebih tinggi dari pusat
Bumi dibandingkan Gunung Everest, karena Bumi mengembung di kawasan
khatulistiwa.Bagaimanapun
juga, Chimborazo hanya mencapai ketinggian 6.272 m di atas paras laut,
sehingga bahkan bukan merupakan puncak tertinggi di Andes.
Banyak fakta mengagetkan
yang terjadi di lapangan selama pendakian dan tak terdengar oleh orang
awam. Hal itulah yang menjadi hambatan dalam mendaki gunung ini. Bukan
hanya itu, ternyata di gunung ini menyimpan banyak misteri yang bahkan
tak terpecahkan. Salah satunya adalah berapa tinggi gunung ini yang
ternyata selalu berubah-ubah setiap tahun.
Seperti dilansir dari Listverse, berikut 6 Fakta Menarik Tentang Gunung Everest. Sebelum memutuskan untuk mendakinya, ada baiknya pahami hal-hal berikut ini :
1. Gunung Himalaya Bukan Tertinggi di Dunia
Meskipun banyak yang
mengatakan Gunung Himalaya merupakan tertinggi dari atas permukaan laut,
ternyata ada gunung lain yang mengalahkan ketinggian gunung ini. Mauna
Kea, sebuah gunung berapi tidak aktif yang berada di Hawaii memegang
rekor sebagai gunung tertinggi di dunia hingga saat ini, mengalahkan
Himalaya.
Memang, puncak Everest
atau Himalaya ini berada pada ketinggian yang lebih tinggi, namun tidak
membuatnya lebih tinggi dan menjadi yang tertinggi. Mauna Kea hanya
mencapai ketinggian sekira 4.205 meter dari atas permukaan laut, akan
tetapi gunung berapi ini meluas luar biasa sepanjang 6 ribu meter di
bawah permukaan air. Diukur dari dasarnya di dasar laut, tinggi dari
gunung ini mencapai 10.200 meter, sehingga hampir satu mil lebih
mengalahkan Himalaya.
Hal ini kembali lagi
pada kenyataan bagaimana Anda harus mengukurnya. Himalaya bukan
merupakan gunung tertinggi ataupun puncak tertinggi, bahkan ada gunung
lain seperti Chimborazo di Ekuador ketinggiannya mencapai 6.267 meter di
atas permukaan laut. Hal ini terletak hanya satu derajat sebelah
selatan dari khatulistiwa.
Mauna Kea ialah gunung
berapi tidak aktif di Kepulauan Hawaii di Amerika Serikat. Mauna Kea
memiliki ketinggian sekitar 4205 meter. Merupakan gunung berapi
tertinggi di dunia jika diukur dari dasarnya, karena dasarnya terletak
sekira 5.800 meter di bawah permukaan Samudra Pasifik sehingga total
ketinggiannya mencapai 10 km. Dalam bahasa Hawaii, Mauna Kea berarti
Gunung Putih karena puncaknya yang tertutup salju.
2. Pendaki Everest Wajib Bawa Sampah ketika Turun
Banyak gambar yang
memperlihatkan kekotoran dari gunung tertinggi di dunia ini. Para
pendaki mengotori area pegunungan selama perjalanan menuju puncak. Bukan
hanya dikotori oleh mayat pendaki yang tidak bisa bertahan di dalam
perjalanan, gunung yang puncaknya tertutup oleh salju ini juga dibuat
kotor oleh ulah pendaki nya sendiri dengan sampah bekas makanan atau
minuman mereka.
Diperkirakan sebanyak 50
ton limbah ada di kawasan ini pada musim pendakian. Lereng penuh dengan
sampah botol minuman, peralatan pendakian usang, bahkan kotoran
manusia. Sejak tahun 2008 , The Eco Everest Expedition telah mencoba
mengatasi hal tersebut. Hasilnya, mereka dapat mengangkut 13 ton sampah
sejauh ini. Bahkan pemerintah Nepal pun telah mengeluarkan kebijakan
baru untuk para pendaki.
Para pendaki Gunung
Everest harus kembali membawa 8kg sampah menyusul peraturan baru demi
menjaga puncak tertinggi di dunia tersebut. Ini adalah berat minimal, di
luar sampah para pendaki. Aturan ini merupakan salah satu cara baru
yang mulai diberlakukan bagi para pendaki gunung agar dapat menjaga
kebersihan di atas sana.
Minimal 8kg sampah yang
mereka bawa sendiri juga akan mereka bawa kembali saat turun. Pemerintah
Nepal juga telah mengambil tindakan hukum terhadap pendaki yang
melanggar aturan baru tersebut meski belum diketahui apakah berupa denda
atau hukuman lainnya.
3. Naik ke Puncak Himalaya, Harap Antre Dulu!
Meskipun mendaki ke
puncak gunung ini membutuhkan biaya tidak sedikit, banyak pendaki
bersikeras mendakinya. Bahkan, karena itulah di berbagai jalur pendakian
terlihat kemacetan manusia.
Pada 2012 silam, pendaki
gunung asal Jerman, Ralf Dujmovits, menangkap gambar mengejutkan yang
menunjukkan ratusan pendaki mengantre untuk mencapai puncak. Iapun
memutuskan untuk kembali ke camp setelah melihat antrean tersebut,
selain itu pula berbarengan dengan cuaca buruk.
Pada Mei 2012, pendaki
dikabarkan berkerumun di salah satu landmark yang berada di kawasan
tersebut dan menunggu selama kurang lebih dua jam untuk sampai pada
giliran mereka mendaki ke puncak. Dalam perjalanan hanya setengah hari,
234 pendaki berhasil mencapai puncak, namun empat orang lainnya tewas.
Hal ini menyebabkan kekhawatiran besar atas proses pendakian.
Pengelola gunung
akhirnya menambahkan tali yang dapat digunakan sebagai pegangan oleh
para pendaki untuk mengurangi kemacetan karena memang kebetulan medan
yang mereka lalui cukup curam. Bahkan ada beberapa pendaki menyarankan
untuk dibuatkannya tangga permanen demi keamanan dan keselamatan.
Meski begitu banyak
pendaki berusaha mencapai puncak Everest, pemerintah Nepal selaku
penanggung jawab resmi kegiatan pendakian di Himalaya tersebut
mengatakan tidak akan menghentikan aktivitas pendakian.
4. Gunung Everest Punya Beberapa Nama, Lho
Meskipun semua orang
mengetahui gunung ini bernama Everest atau Himalaya, sebagian pribumi
Tibet justru menyebutnya dengan nama kuno Chomolungma selama
berabad-abad hingga kini. Arti pegunungan tersebut bagi mereka adalah
Dewi Ibu.
Namun, bukan semata-mata
hanya itu nama yang berkembang di kalangan masyarakat Nepal. Sagarmatha
yang berarti dahi gunung juga menjadi populer di kalangan masyarakat
Nepal dan bahkan hampir sebagian pendaki mengetahui nama ini.
Karena nama itulah kini
gunung tersebut menjadi bagian dari Taman Nasional Sagarmatha, Nepal.
Gunung ini hanya bernama Everest ketika surveyor Inggris, Andrew Waugh
gagal menemukan nama lain yang dapat digunakan oleh kaum pribumi.
Hal ini diperuntukkan
bagi mereka untuk memudahkan menyebut gunung tertinggi di dunia
tersebut. Setelah mempelajari daerah sekitar dan masih tidak menemukan
nama yang tepat, akhirnya ia memutuskan untuk menamakan Himalaya.
5. Percaya atau Tidak, Everest Bertumbuh Setiap Tahunnya
Ide kedua negara untuk
melakukan penghitungan ulang untuk membuktikan berapa tinggi dari gunung
ini dikatakan oleh para ahli adalah perbuatan yang sia-sia. Pasalnya,
setelah diteliti lebih lanjut, puncak gunung ini selalu tumbuh tinggi
sekitar empat milimeter setiap tahunnya.
Para peneliti mengatakan
bahwa awalnya benua India yang merupakan daratan independen ini
bertabrakan dengan Asia, sehingga membentuk Himalaya hingga saat ini.Akan
tetapi hal yang luput dari penelitian saat itu adalah lempeng benua
yang bertabrakan tersebut ternyata masih bergerak dan mendorong
pertumbuhan gunung yang lebih tinggi.
Peneliti dari Ekspedisi
Millenium Amerika mengatakan bahwa pada tahun 1999, mereka telah
menempatkan perangkat satelit global positioning di bawah puncak untuk
mengukur pertumbuhannya.Hasilnya menakjubkan, ketinggian gunung ini dipastikan selalu berubah setiap tahunnya.
Dari 8.848 menjadi 8.850
meter, dan bukan hanya ukuran puncak yang terus tumbuh, namun
pergerakan keseluruhan aktifitas gunung ini juga semakin berkembang.
6. Umur Everest Bukan 60 Juta, tapi Ratusan Juta Tahun
Banyak peneliti
mengatakan bahwa sejarah Pegunungan Himalaya ini sudah ada sejak 60 juta
tahun lalu, akan tetapi sejarahnya telah ada sejak ratusan tahun
lamanya. Bebatuan kapur dan sedimen yang ada di puncak gunung pernah
menjadi bagian dari lapisan sedimen di bawah permukaan laut berusia 450
juta tahun yang lalu.
Seiring berjalannya
waktu, lantai lautan bebatuan tersebut bersama-sama terdorong ke atas
dengan kecepatan hingga 11 cm per tahunnya.Hingga pada akhirnya sampai
lah pada posisi saat ini di puncak gunung tertinggi di dunia tersebut.
Formasi gunung ini
mengandung fosil dari makhluk laut dan kerang yang sebelumnya berada di
lautan luas.Seorang petualang, Noel Odell pertama kali menemukan fosil
tertanam dalam bebatuan Everest pada tahun 1924.
Hal ini membuktikan
bahwa puncak gunung adalah dasar laut yang terbentuk secara alami hingga
saat ini. Spesimen bebatuan pertama dari gunung ini dibawa kembali oleh
pendaki Swiss pada tahun 1956 dan tim pendaki Amerika pada tahun 1963.
EmoticonEmoticon