Patricia Yang dari Georgia Institute of Technology di Amerika Serikat seperti diberitakan New Scientist, memaparkan alasan di balik kesamaan yang tampaknya tak masuk akal tersebut.
Yang dan timnya merekam momen saat beragam mamalia, seperti tikus,
anjing, kambing, sapi, dan gajah kencing. Mereka juga mencari berbagai
video yang ada di situs Youtube untuk membantu.
Tim kemudian menganalisis video dan membandingkan dengan data ukuran
kandung kemih, ukuran diameter dan panjang uretra atau saluran kencing,
serta massa tubuh. Hasil analisis membuat tim menguraikan alasan di
balik waktu kencing yang hampir sama antar-mamalia.
Gajah, menurut tim, memang memiliki kandung kemih dan volume air
kencing yang lebih besar. Namun, mamalia itu mampu mengeluarkan urine
dalam waktu yang sama dengan hewan kecil karena ukuran uretra yang
besar dan panjang, berdiameter 10 cm atau sebesar pipa dan panjang 1
meter.
Ukuran uretra yang panjang membuat gajah menerima efek gravitasi lebih
besar. Karena pengaruh gravitasi itu, air kencing bergerak lebih cepat.
Hasilnya, kandung kemih juga lebih cepat kosong.
Hewan berukuran sedang, seperti anjing dan kambing, punya ukuran uretra
lebih pendek dan kecil. Dengan logika sederhana, seharusnya kelompok
hewan ini kencing lebih cepat, tapi temuan menunjukkan hal berbeda.
Anjing dan kambing juga punya waktu kencing sama dengan gajah.
Sebabnya, ukuran uretra yang lebih kecil membuat gravitasi yang
diterima juga lebih kecil. Akibatnya, air kencing bergerak lebih
lambat.
Pada mamalia kecil, seperti tikus, gravitasi memainkan peran lebih
sedikit. Keluarnya air kencing lebih banyak dipengaruhi oleh kekentalan
dan tegangan permukaan. Hal itulah yang menyebabkan kencing pada hewan
tersebut bukan berupa aliran tetapi tetesan.
Jadi, dari penelitian ini, kita bisa menyimpulkan bahwa waktu kencing
mamalia dipengaruhi oleh beberapa hal, terutama ukuran kantung kemih,
ukuran uretra, serta gravitasi. Ukuran tubuh tidak memengaruhi.